Pages

Lencana Facebook

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Rabu, 25 Juni 2014

Pena Itu Tengah Menari-nari Di Atas Kertas

Pena itu tengah menari-nari di atas kertas. Itulah pemandangan yang saya lihat pagi ini. Ketika saya sedang mengawas di salah satu ruang UKK (ujian kenaikan kelas). Sesudah seluruh soal pilihan ganda dibabat habis oleh semua peserta UKK. Mereka mulai menerjang soal uraian. Entah jawaban di pilihan ganda itu benar semua atau tidak, tapi yang pasti mereka mereka menjawabnya dengan keyakinan yang penuh, tanpa ada rasa ragu yang menghantui. Dengan mantapnya, mereka menggoreskan pena di salah satu huruf yang tersedia. Denga membuat tanda silang yang menandakan bahwa jawaban itu akan mewakili semua penjelasan yang ada di otaknya.

Itulah jiwa seorang anak, disaat mereka menentukan suatu pilihan, dengan sedikit pertimbangan, mereka langsung bisa mengambil
sikap. Antara ini atau itu. Berbeda dengan orang dewasa, ketika seseorang yang sudah dewasa dihadapkan dalam sebuah pilihan, banyak sekali pertimbangannya. Yang ini kadar kebenarannya berapa persen? yang ini kadar kesalahannya berapa persen? yang ini nilai positifnya seberapa banyak, yang ini nilai negatifnya berapa banyak?, dan seabrek pertimbangan-pertimbangan yang lainnya. Ujung-ujungnya terhenti. The end tidak ada yang dipilih.

Kembali ke masalah pena yang sedang menari. Betapa indahnya pagi ini, dari deretan bangku yang terdepan sampai bangku yang paling belakang. Semua anak masing-masing memegang senjata mereka. Senjata yang digunakan untuk menaklukkan semua serangan soal yang beruntun dan bertubi-tubi dari ust dan ustdzh mereka.

Semua larut dalam perjuangan mengalahkan soal uraian yang sudah menanti mereka sejak berhari-hari. Semuanya asyik menulis jawaban mereka masing-masing. Jawaban mereka rata-rata satu halaman penuh, bahkan ada yang sampai membalik lembar jawaban itu. Karena halaman yang tersedia tidak cukup untuk menampung jawaban yang mengalir dari otak mereka menuju pena mereka, Akhirnya terbuatlah goresan-goresan jawaban itu.

Berbeda halnya jika serangan soalnya berwujud bahasa Arab, seakan-akan pena mereka itu kaku. Tak ada kekuatan untuk bergeser dari tempat semula. Apalagi bergerak, sedikitpun tidak berpindah dari tempat semula. Tak mampu menari-nari seperti pemandangan pagi ini. Tidak bisa diajak bertempur mengalahkan soal-soal dari ust atau ustdzh. Pena itu bak senjata tanpa amunisi. Hampa dan kosong tanpa guna.

Pun dalam keadaan seperti itu, para peserta UKK tidak kehabisan akal. Walau mereka kehabisan amunisi mereka masih punya banyak jurus. Dan jurus andalan mereka adalah jurus menembus batas dalam lintas alam. Jurus yang hampir dimiliki oleh semua peserta.  Jurus yang bisa membuat mereka terbang jauh. Mereka juga bisa memasuki lorong waktu. Waktu dimana mereka belum memasuki ruang UKK. Waktu mereka masih bisa membuka buku mufradat dan kamus Al-Munawwir atau al-wasith juga yang lain. Waktu mereka masih bisa bertanya kepada ust dan uastdzh apa artinya kalimat ini, apa artinya kalimat itu, sungguh jurus yang sangat handal. Dengan jurus itu. Waktu mereka masih bisa membaca materi yang diujikan itu. Sehingga, mungkin dengan jurus itulah mereka mampu membabat habis soal yang berbahasa Arab itu.


Suka duka, tetep banyak sukanya.

Umi nada



Tidak ada komentar:

Posting Komentar