Pages

Lencana Facebook

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Minggu, 13 April 2014

Mimpi dari Sebuah Pernikahan Bagi Wanita

Menikah itu bisa menjadi sebuah mimpi indah bagi para wanita. Dimana mereka akan merasakan indahnya hidup ini. Bakal ada tangan yang siap menghapus air mata kita, Bakal ada dada tempat kita menangis. Bakal ada pundak tempat kita menyandarkan kepala oleh beratnya beban kehidupan ini. Dan bakalan ada telinga yang siap mendengarkan seluruh keluh kesah.

Juga, pasti dialah yang akan menjadi orang pertama untuk mengulurkan tangan kepada kita di saat kita terjatuh dan tak sanggup untuk berdiri lagi.


Tetapi bisa juga menjadi mimpi buruk yang membayang-bayangi. Dimana setelah menikah, wanita harus tunduk dan patuh kepada suami. Padahal dia adalah sesosok wanita yang tidak suka diatur dan mencintai kebebasan.

Bagi yang suka bekerja keras dan mendapat uang setiap bulan, kalau sudah menikah gak bisa kerja lagi, gak bisa dapat uang lagi, gak bisa jalan-jalan kemanapun sesuka hati. Karena harus sibuk ngurus anak; mandiin, ganti popok, nyebokin, nina boboin, gendong kesana-kemari waktu rewel dan sakit. Yah,, akhirnya berangkat kerja telat, dimarahin bos, setiap pagi bawaannya marah terus. Gelap sekali dunia ini rasanya.

Trus harus bagaimana?

Di saat seorang wanita sudah membulatkan tekad untuk menerima pinangan dari sang pengembara cinta, maka niatilah semua itu untuk ibadah. Menyempurnakan agama dan mengikuti jejak Rasulullah adalah tujuan utama.

Ikhlaskan hati, untuk menjadi ma'mum yang taat. Sadarlah bahwa dialah Imam kita, dialah yang memikul semua tanggung jawab di dunia, dia juga yang ikut menanggung dosa atas kema'siatan kita. .

Maka taatilah semua perintahnya, tentramkanlah jiwanya, redam semua ego dan nafsu yang selalu membisikkan ketidak terimaan atas kebijakan-kebijakan suami. Menaati orang yang kita sayangi dan kita cintai itu lebih mudah juga indah, daripada menaati seseorang yang tidak kita kenal dan kita sayangi.

Yakinlah suami-suami kita tidak akan menjerumuskan kita kedalam keterpurukan. Dia kan selalu memuliakan kita, karena kita adalah belahan jiwanya.


Oleh: Umi Nada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar