Pages

Lencana Facebook

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Rabu, 13 Agustus 2014

Makin Kaya, Berbagi Tak Bisa

Terkadang, kala kita berat mengeluarkan sebagian harta untuk sedekah (shodaqoh), yang ada dalam rencana kita biasanya, "sedekahnya ntar ajalah, klo dah punya gaji yg lebih." Mungkin alasan itu ada benarnya. "Lha wong nyukupi kebutuhan sendiri aja masih pas-pasan, kok sibuk mikirin orang."

Oke, kalau sudah ada kelebihan harta kita akan sedekah. Cius, miyapa?? Mari kita buktikan di TKP.

Sebut saja namanya mbah Paijem. Beliau termasuk orang berkecukupan di kampung. Setiap kali beli buah semangka dan dipecah, selalu membagi sebagiannya pada mbah Sarini, tetangga dekatnya. Gak tahu motivasinya apa, yg jelas dia selalu berbagi. Bisa jadi tidak bs menghabiskan sendiri karena keluarga yg di rumah hanya sedikit, bisa jadi juga karena memang dia ikhlas berbagi.

Tapi, semenjak beliu punya lemari es, tradisi berbagi potongan semangka tak lagi dilakukan. Alasannya sederhana, kalau gak habis bs diawetkan dan disumpan di lemari es.

Di sisi lain, beliau (mbah Paijem) juga senang mengkonsumsi ikan bandeng sebagai lawuh (lauk) makannya. Walaupun ikan bandeng itu tergolong ikan yg gurih, namun durinya seringkali mengganggu aktivitas makan. Biasanya, sisa duri dan kepala bandeng yg tak termakan itu akan dilemparkan pada kucing peluharaannya. Yang penting bs berbagi walaupun alasannya sederhana, duri dan kepala susah dikonsumsi.

Dan sekarang, setelah beliau punya panci "presto" (alat masak yg bs melunakkan duri dan tulang) kebiasaan berbagi dg kucing peliharaannya tak lagi dilakukan. Pasalnya, duri dan kepala bandeng yg dl susah dikonsumsi, sekarang bs dilunakkan dan bs disamtap semua tanpa terkecuali.

Mari kita bayangkan, gara2 ada kulkas dan panci presto, tradisi berbagi tidak lg dilakukan.

Padahal, rumus kita, "makin kaya, makin mudah berbagi". Tapi kenyataannya, "makin kaya, makin susah berbagi."

Nah, mulai kapan kita akan berbagi?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar